Gejala HIV (human immunodeficiency virus) pada wanita tidak jauh berbeda dengan pada pria. Namun, ada beberapa gejala HIV yang memang hanya ditemukan pada wanita, misalnya gangguan menstruasi, keputihan, atau luka pada bagian organ intim yang sering kambuh dan sulit sembuh.
Menurut data UNAIDS (2020), terdapat sekitar 190.000 kasus HIV pada wanita di Indonesia. Sementara itu, Menurut data Kementerian Kesehatan (2021), dari total populasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia, sebanyak 35% adalah perempuan dengan HIV dan 33% hidup dengan AIDS.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita terinfeksi HIV, misalnya melakukan hubungan seks tanpa kondom dan memiliki kecenderungan berganti pasangan seksual.
HIV pada wanita bisa menular ke pasangannya, janin dalam kandungan, dan bayi yang ia susui. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa saja gejala HIV pada wanita agar penyakit ini bisa terdeteksi dan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Penyebab HIV dan Pengobatannya
Gejala HIV pada Wanita
Gejala HIV pada setiap wanita tidak selalu sama, bergantung pada kondisi tubuh dan tahapan infeksinya.
Pada tahap awal biasanya gejala muncul 2–6 minggu, setelah terinfeksi. Pada tahap ini, wanita yang terinfeksi HIV mungkin belum menyadari bahwa ia telah terinfeksi karena gejala awal yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu.
Tahap awal ini disebut sebagai window period. Jika seorang wanita masih berada pada masa window period, maka tes (human immunodeficiency virus) yang ia lakukan kemungkinan besar hasilnya akan negatif, walau sebetulnya virus HIV sudah berada dalam darah dan bisa menular.
Gejala baru muncul ketika infeksi (human immunodeficiency virus) memasuki tahap lanjut. Dari masuknya virus ke dalam tubuh hingga menyebabkan gejala bisa memakan waktu hingga 10 tahun.
Berikut beberapa gejala HIV pada wanita:
1. Infeksi vagina berulang
Infeksi vagina sebagai tanda HIV pada wanita umumnya karena kandidiasis vagina. Meski dapat semua wanita bisa mengalaminta, infeksi vagina yang terinfeksi HIV biasanya akan lebih sering kambuh dan sulit untuk mengobatinya. Hal ini merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh mulai melemah.
Tanda dari infeksi vagina sebagai berikut:
- Keputihan dengan tekstur tebal berwarna putih
- Gatal dan muncul ruam pada vagina
- Sensasi perih pada area vagina
- Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks
2. Nyeri di panggul atau perut bagian bawah
Berikutnya adalah muncul rasa nyeri pada bagian bawah perut atau panggul (radang panggul). Penyebab dari kondisi ini adalah infeksi pada rahim, indung telur, atau tuba fallopi.
Seperti halnya infeksi jamur vagina, keluhan radang panggul pada penderita HIV biasanya lebih sulit untuk mengobatinya dan akan lebih sering kambuh.
Selain sakit pada bagian bawah perut, tanda radang panggul lain yang perlu perhatian lebih adalah keputihan dengan bau yang tidak sedap, gangguan menstruasi, demam, dan nyeri ketika berhubungan seks atau saat buang air kecil.
3. Gangguan menstruasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan menstruasi banyak terjadi pada wanita yang terinfeksi (human immunodeficiency virus), khususnya ketika infeksi telah memasuki tahap lanjut.
Gangguan menstruasi bisa berupa siklus haid tidak teratur, darah haid menjadi lebih banyak atau lebih sedikit, dan munculnya keluhan PMS yang lebih berat dari sebelumnya.
4. Sering sakit atau terkena infeksi
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dapat membuat penderitanya sering sakit atau rentan infeksi. Ketika terserang infeksi, penderita bisa mengalami beberapa gejala berikut:
- Demam
- Batuk yang sulit sembuh atau sering kambuh
- Sakit tenggorokan
- Kelelahan
- Berkeringat di malam hari
- Diare kronis
- Sesak napas
- Nyeri otot
- Sariawan pada vagina, lidah, atau mulut
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Ruam
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Infeksi jamur kandidiasis dalam mulut
Baca Juga: Penularan Infeksi HIV di Indonesia Meningkat, Masyarakat Harus Waspada